, Surabaya - Kedatangan Sentra Wisata Kuliner (SWK) di Jalan Tunjungan, Surabaya, membawa suasana segar dan luar biasa.
Di luar menambah kedalaman pada nuansa ikonis jalanan tersebut, SWK turut mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar dan membantu meningkatkan kapabilitas wanita, terutama bagi para ibu yang berasal dari komunitas setempat.
Keajaiban ini datang dari 26 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang saat ini menghidupkan kembali SWK Tunjungan. Mereka merupakan penduduk Kecamatan Genteng, area yang mencakup Jalan Tunjungan.
Mengherankan, sebagian besar pedagang ternyata adalah wanita dari berbagai latar belakang hidup. Ada istri-istri tenaga kerja migran, pekerja harian lepas, hingga petugas penjaga kendaraan, dan beberapa di antaranya bertindak sebagai pemegang tampuk utama dalam mendukung ekonomi rumah tangga karena status mereka sebagai janda.
"Awalnya berasal dari kondisi yang serba susah. Kini mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan berdagang di tempat ini," jelas Asnariya, koordinator bagi para pedagang SWK, terhadap .
SWK Tunjungan dilahirkan pada tahun 2021, atas dukungan dan usaha keras mantan Kepala Desa Genteng, Nuryati. "Sebelumnya hanya terdapat 7 kelompok yang aktif, namun saat ini, alhamdulillah, jumlah tersebut telah bertambah menjadi 24 kelompok," ungkap Asnariya.

Pedagang-pedagang di tempat ini menjual berbagai jenis makanan dan minuman. Terdapat Nasi Sate, Penyetan, Krengsengan, Makanan Bakar-bakaran, Minuman Racik, Ketan Bubuk, serta banyak pilihan lainnya.
Masakan di tempat ini juga bersih dan baik untuk kesehatan, telah mendapatkan sertifikasi halal dan diperiksa oleh pemerintah kotamadya setiap dua bulan sekali terkait dengan standar makanan dan minuman yang disajikan.
Tentang biaya, semua hidangan di tempat ini cukup murah.
Petualangan yang Menghasilkan Buah Manis
Sulit bagi para pedagang untuk mempertahankan kelangsungan SWK.
"Di awal, jumlah pembeli hanya sekitar satu atau dua orang. Namun saat ini, lokasi ini menjadi semakin sibuk, dengan hingga puluhan pengunjung tiap hari," ungkap Asnariya.
Kendala pertama yang dihadapi adalah listrik. Pedagang harus berkontribusi sebesar Rp 5.000 tiap stand untuk memenuhi keperluan operasional.
"Apabila pendapatan penjualan di bawah Rp 100.000, kami tidak mengenakan biaya iuran. Ini bertujuan untuk saling mendukung," tuturnya demikian.
Namun kini, keadaan berubah. SWK Tunjungan semakin ramai, terutama di akhir pekan.
Mereka sudah punya aliran listrik sendiri.
Pendapatan harian dari setiap Usaha Mikro Kecil dan Menengah saat ini rata-rata telah mencapai angka Rp 1 juta. "Tempat usaha hanya sepi ketika turun hujan, karena lokasinya yang bersifat terbuka," katanya menambahkan.
Dukungan dan Harapan yang Terus Berkembang
Mulai tahun 2023, Bank BRI pun telah memulai kerjasama dengan komunitas tersebut.
Bank BRI menyediakan kaos, apron, dan fitur QRIS guna mendukung kelancaran pembayaran.
"Untuk peminjaman, kita masih menginginkan hal tersebut sebagai tahapan berikutnya," ungkap Asnariya.
Undang-undang Hibah tidak sekadar tentang tempat makan, melainkan simbol dari pertempuran dan harapan segar.
Upaya ini sudah mendukung para pedagang—khususnya wanita—agar menjadi mandiri secara ekonomi, sehingga mereka dapat mencukupi keperluan keluarganya tanpa harus total tergantung pada suami.
“Anak-anak yang dulu putus sekolah, sekarang bisa melanjutkan pendidikan, bahkan ada yang kuliah. Mereka juga bisa memenuhi kebutuhan lain, hingga berlebaran,” kata Asnariya dengan bangga.
===
Undangan kami sampaikan agar Anda turut serta dalam Whatsapp Chanel Harian Surya. Lewat saluran WhatsApp tersebut, Harian Surya bakal membagi informasi tentang pembacaan yang menarik terkait Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan tim sepak bola Persebaya dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Klik di sini jika Anda ingin berpartisipasi
Posting Komentar