Aiptu Sabar Sianturi menuai pujian yang rela mengeluarkan uang pribadi untuk biaya rumah sakit hingga pemakaman Amin Robert Sianturi.

Aiptu Sabar juga merawat dan mengasuh Tina Sianturi, putri dari Amin Robert Sianturi.

Aiptu mengaku merasa kasihan dengan kondisi Tina Sianturi yang masih 11 tahun merawat sendiri ayahnya yang sakit hingga meninggal.

Anggota Ditlantas Polda Sumut ini juga merasa iba melihat Tina yang seorang diri menangisi jasad ayahnya di RS Pirngadi.

Setelah merawat Tina hampir satu pejan, Aiptu Sabar mendadak didatangi pihak ibu dari Tina.

Mereka meminta agar Tina diserahkan ke pihak ibunya.

Namun, Sabar tak bisa memenuhi permintaan mereka lantaran khawatir Tina kembali menjadi pengemis.

Aiptu juga susah menjalani mediasi hak asuh Tina Sianturi di Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Kota Medan.

Proses mediasi antara Aiptu Sabar dengan pihak Ibu Tina berlangsung pada Selasa (11/3/2025).

Berdasarkan hasil mediasi, Aiptu Sabar mendapatkan hak asuh sampai ada keputusan langsung dari Tina.

Kronologi Kejadian

Amin Robert Sianturi, ayah dari Tina Sianturi meninggal dunia pada 3 Maret 2025 di RSU Pirngadi.

Dalam rekaman video ia berdiri sambil menangis, mengelus kepala ayahnya yang terbaring dengan selang oksigen.

Aiptu Sabar menjelaskan kalau Amin, ayah Tina dibawa ke rumah sakit pada Jumat 28 Februari lalu oleh pihak kepala lingkungan Sukaramai.

Dua hari dirawat, kondisi Amin kian memburuk sehingga ia meninggal dunia pada 3 Maret kemarin.

Karena tidak memiliki identitas, maka pihak RS saat itu berencana memakamkan Amin ke pemakaman tanpa identitas alias Mr X.

Atas dasar kemanusiaan dan sesama marga Sianturi, kemudian Aiptu Sabar Sianturi memberikan bantuan supaya almarhum Amin dimakamkan secara layak di wilayah Marelan.

"Singkat cerita, si Tina dan ayahnya bernama Amin Robert Sianturi ternyata tidak memiliki data-data baik Kartu Keluarga dan identitas lainnya. Setelah komunikasi ternyata si Robert ini dimakamkan secara Mr X,"kata Aiptu Sabar Sianturi, Selasa (11/3/2025).

"Jadi, saya mengambil alih sampai akhirnya bisa dimakamkan secara layak sebagaimana mestinya,"sambungnya.

Sejak tanggal 3 Maret kemarin Tina tinggal bersama Aiptu Sabar dan juga keluarganya.

Mulai dari sinilah anak perempuan yang bertahun-tahun hidup sebagai pengemis dirawat, dibelikan pakaian bagus dan dibawa ke salon.

Ibu Tina Sianturi

Aiptu Sabar mengungkapkan, Tina masih memiliki ibu kandung.

Ibunya pun diduga sudah menikah lagi dengan pria lain dan hidup sebagai tunawisma yang bekerja sebagai pengemis.

Hal inilah yang membuatnya berjuang, supaya hak asuh diberikan padanya, daripada Tina kembali ke ibunya ataupun keluarganya.

"Saya sudah ketemu sama ibunya Tina, sekali yaitu tanggal 5 Maret, dia tinggal di kota Medan juga tetapi kehidupannya sebagai pengemis dan gelandangan. Makanya ketika keluarganya mau mengambil Tina dari saya, saya lihat kondisi keluarganya juga kurang beruntung justru saya ketakutan memberikan Tina kepada mereka."

Mediasi yang dihadiri Dinas Sosial serta pihak terkait belum menemukan titik terang kepada siapa Tina diserahkan, dan akan dilanjutkan besok.

Namun, Tina masih tinggal bersama Aiptu Sabar dan keluarganya.

Aiptu Sabar berharap Dinas Sosial maupun pemerintah yang membidangi memutuskan hak asuh kepadanya.

Sebab ia khawatir apabila Tina kembali ke keluarganya akan tetap hidup menggelandang sebagai pengemis.

Sedangkan Tina, meski usianya sudah 11 tahun tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah.

Bahkan, untuk membaca pun hampir tidak bisa karena tak pernah diajarkan.

Ia berjanji apabila hak asuh jatuh kepadanya akan merawat Tina seperti anaknya sendiri.

Apalagi Tina memiliki cita-cita ingin menjadi seorang dokter.

"Saya merasa si Tina ini sudah 11 tahun di jalanan tidak pernah menempuh pendidikan dan kita merasa iba, kasihan. Semua marga Sianturi sedunia berperan untuk keberlangsungan hidup si Tina."

(*/)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama