
, JAKARTA - Figur kunci di belakang pendirian salah satu korporasi terkemuka di tanah air, Hendro Santoso Gondokusumo ,diberitakan meninggal dunia pada hari ini, Kamis (13/3/2025).
Pendirinya dari PT Intiland Development Tbk. (DILD) meninggal dunia di Singapura pada pukul 03:29 waktu lokal, saat berumur 74 tahun.
Menurut situs web resmi mereka, untuk Intiland, Hendro Santoso Gondokusumo memiliki peranan penting dalam mengubah perusahaan menjadi salah satu developer properti yang berhasil hingga tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Pendiri Intiland (DILD) Hendro Santoso Gondokusumo meninggal dunia di Singapura.
Laki-laki yang lahir di Malang pada tanggal 6 September 1950 merupakan anak laki-laki dari Suhargo Gondokusumo alias Go Ka Him alias Wu Jiaxiong, orang yang bermigrasi dari Tionga menuju Indonesia pada tahun 1947.
Minatnya terhadap industri real estat juga berasal dari pengaruh sang ayah, yang mendirikan Dharmala Group, sebuah perusahaan properti di Surabaya.
: Sentuhan Midas oleh pendiri Intiland (DILD), Hendro Santoso Gondokusumo, Menghasilkan Serangkaian Proyek Properti Bergengsi
Hendro setelah itu memulai karirnya di industri properti sejak tahun 1972. Setelah mencoba beberapa sektor dalam bidang hasil alam, ia menemukan bahwa sektor properti adalah yang paling sesuai untuk dirinya.
Menurut dia, industri perumahan merupakan salah satu bidang yang sangat krusial, mengingat keperluan dasar manusia meliputi baju, makanan, serta tempat tinggal.
: Intiland (DILD) Mengembangkan Hunian Eksklusif Berbiaya 3 Miliar Rupiah di Surabaya
Pada tahun 1974, ia mendirikan PT Intiland Development Tbk., dimana usaha pertamanya adalah pengembangan perumahan Taman Cilandak.
Dengan cepat, proyeknya tumbuh pesat melalui pembangunan Taman Harapan Indah di tahun 1982, disusul oleh pengerjaan Intiland Tower setahun kemudian hingga selesai pada 1986.
Di bawah kepemimpinan Suharto, Intiland menjadi perusahaan properti pertama yang melaksanakan reklamasi di wilayah ASEAN, dengan menciptakan kawasan Pantai Mutiara di Pluit.
Berikutnya, pada tahun 1983, Hendro dipilih sebagai Direktur Utama dari PT Intiland Development. Dalam masa jabatannya, Intiland mengeksekusi proyek-proyek seperti Wisma Sarinah, Taman Harapan Indah, Taman Mutiara, Taman Gading Indah, serta Talaga Bestari yang terletak di Tangerang.
Di Surabaya, perusahaan tersebut tetap terus bertumbuh dengan menanganai proyek perumahan seperti Wonokitri Indah, Chris Kencana, Darmo Harapan, Darmo Indah, Bogasari Residence, Perumahan Bank Indonesia, serta Ngoro Industrial Park.
Pada dekade 1990-an, perusahaan bernama Intiland kemudian merombak nama menjadi PT Dharmala Intiland Tbk. pada tanggal 14 Juni 1991, dan sepanjang tahun tersebut juga, Intiland secara resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada bulan September 1991.
Sejak saat itu, cakupan aset properti milik Intiland terus bertambah dengan pembangunan berbagai proyek seperti The Canary Pantai Mutiara, Taman Pegangsaan Indah, apartemen Kintamani, mal Menteng Prada, dan juga pemukiman Kemang Pratama 1 yang ada di Bekasi.
Berikutnya, Intiland juga menangani pembangunan Intiland Tower di Surabaya, Plaza Segi Delapan di Kota Satelit, Graha Famili, World Trade Center, Graha Residen, sampai dengan Mercure Grand Hotel.
Di awal tahun 2000-an, Intiland menjalankan proses restrukturisasi yang juga melibatkan pergantian nama menjadi PT Intiland Development Tbk. Setelah perubahan tersebut, Intiland kemudian merilis berbagai proyek baru termasuk Apartemen Regatta, 1Park Residence, pengembangan perumahan Serenia Hills, kompleks perkantoran integrated South Quarter, serta area mixed-used bernama Aeropolis di wilayah Tangerang.
Di Surabaya, Intiland juga sedang merancang kawasan superblok Graha Festival yang mencakup pembangunan perkantoran di Spazio dan Spazio Tower, apartemen Sumatra36, Graha Golf, Praxis, sampai ke The Rosebay.
Merasa belum cukup hanya di sektor tersebut, Intiland pun mengembangkan diri dalam bidang hospitality lewat Intiwhiz International, yaitu sebuah jaringan hotel yang menduduki proyek Whiz Hotel dan Grand Whiz Hotel. Tak berhenti di sana, perusahaan ini juga merambah industri kesehatan dengan membangun National Hospital.
Selama karirnya dalam industri properti, Hendro juga terlibat secara aktif dalam beberapa organisasi sektor real estat, termasuk Federasi Real Estat Internasional (FIABCI), Institut Real Estat Internasional (IREI), serta bertindak sebagai anggota Dewan Penasihat pada Asosiasi Real Estat Indonesia.
Hingga tahun 2016, Hendro tetap berada dalam daftar orang terkaya di Indonesia, dengan harta bendanya pada waktu tersebut senilai US$510 juta atau sekitar Rp6,78 triliun.
Berikut jadwal karir Hendro Santoso berikut ini:
2016 - Sekarang
Anggota Dewan Penasihat Organisasi Properti Indonesia
2015 - Sekarang
Deputi Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (KADIN) untuk Sektor Perpropertyaan
2014 - 2018
Presiden Asosiasi Pengelola Lapangan Golf Indonesia (APLGI)
2011 - Sekarang
Kepala Eksekutif PT Intiland Development Tbk
2007 - 2011
Dekan Wakil Utama PT Intiland Development Tbk
2007 - 2010
Ketua Jakarta Property Club
1983 - 2007
Posting Komentar