Pagi-pagi beli gorengan

Terbaik adalah menjadi teman ngobrol sambil menyeruput kopi

Keber.goodan yang ditabung saat bulan Ramadhan

Jangan sekali-kali lupa ketika bulan berubah

Bunga yang beraroma manis memikat kupu-kupu

Mereka menerbangkan layang-layangan bergantian di atas padang rumput dekat Sungai.

Cerita mudik memang seru

Selalu bersama rasanya tak pernah hilang dari hati

Mudik adalah tradisi tahunan yang dijalankan oleh mayoritas penduduk Indonesia menjelang hari raya Idul Fitri. Kembali ke desa asal untuk merayakan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri benar-benar memberi keseruan tersendiri bagi keluarga kita. Perkotaan berganti dengan hamparan ladang hijau serta pegunungan nan indah saat kami melanjutkan perjalanan pulang. Tiap tahunnya, rombongan kami akan menuju kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Saat ini menjadi momen yang paling dinantikan ketika Ramadhan telah datang. Meskipun persiapan cukup lama dan jarak antara lokasi awal sampai tujuan mencapai 170 kilometer karena harus melewati beberapa daerah seperti Maros, Pangkep, Barru, Pare-Pare, Sidenreng Rappang/Sidrap dan akhirnya Enrekang. Akan tetapi, meski sudah capek dari puasa panjang selama berkendara, semua penat tersebut hilang begitu saja pada saat menghadapi acara mudik.

Sepanjang perjalanan, kami bernyanyi dengan riang dan tidak sabar untuk sampai di tempat tujuan. Sesudah menempuh jalanan berliku yang bergelombang antara bukit dan lembah, pada akhirnya kita mencapai sebuah rumah panggung luas yang dimiliki oleh Ambe’ (yang artinya Kakek dalam bahasa Enrekang). Rasa sukacita tak terlukiskan ketika melihat penerimaan hangat dari Nenek Indo’, Bibi, Paman serta saudara sekandung yang juga tinggal disana. Ambe’ dan Nenek Indo’ merupakan kedua orangtua Ibu saya yang hidup tenang di suatu desa teduh yang diliputi pepohonan pinus. Saat hari raya Idul Fitri tiba, Nenek Indo’ biasanya menyajikan salak manis hasil tanamannya sendiri. Adik-adik wanita ibuku bersama-sama membuat ketupat, burasa’, sayur buraq (diramu menggunakan batang pisang muda yang telah digiling halus), abon daging kerbau dan nasu cemba (resep masakan daging ditaburi dedaunan asam). Sumber Untuk merayakan bersama-sama. Pria dewasa mengatur mimbar, hiasan umbul-umbul serta sistem suara untuk persiapan shalat Idulfitri di lapangan sepakbola di depan rumah panggung milik Om Ambec. Bibiku dengan pertolongan tetangga mempersiapkan camilan seperti kacang telor, kue mokka (yang merupakan istilah untuk layer cake nanas berwarna-warni yang dipenuhi buttercream dan toplesnya ditata dengan indah menggunakan bunga mawar buatan dari campuran mentega dan gula halus), nastar isi selai nanas racikan mereka sendiri, kue durian, dan peyek kacang tanah. Keluargaku diperlakukan layaknya raja saat berkunjung ke rumah Om Ambec di desa tersebut. Kesenangan pada momen ini membuat kita semua nyaman dan selalu mendambakan pergi balik lagi ke tempat asli ketika memiliki peluang.

Bercerita tentang hidangan khas Lebaran, salah satunya adalah dangke (keju tradisional terbuat dari susu kerbau atau sapi) . Dangke merupakan salah satu makanan khas dari Enrekang yang wajib tersedia saat kami mudik. Saat ini sangat langka ditemukan dangke terbuat dari susu kerbau karena harganya mahal. Para peternak di Enrekang lebih suka membuat dangke berasal dari susu sapi yang lebih ekonomis. Potongan dangke itu berbau sangat harum saat digoreng di atas tungku. Kenikmatannya sungguh menggugah selera makan saat disantap bersama ketan kukus dan sayur tuttu' (sayur daun ubi ditumbuk dan diberikan parutan kelapa).


Setelah melaksanakan shalat Idul Fitri, ayah saya—seorang dokter—mengadakan praktek darurat di ruang tamu milik nenek. Dia sudah persiapan segala jenis suntikan, tablet, dan beberapa botol sirup dalam kotak peralatan medisnya yang senantiasa ia bawa. Warga desa pun bergelombang datang untuk diperiksa oleh ayah saya. Setiap pasien meninggalkan tempat itu sambil membawa obat-obatan serta vitamin. Beberapa juga menerima suntikan karena kondisi sakit mereka cukup lama agar bisa sembuh lebih cepat.
Untuk bayarannya, pasien-pasien ini tak menggunakan uang tunai. Mereka justru membayar dengan beras, sayuran, beragam buah-buahan, telur, hingga ayam hidup. Barang-barang tersebut kemudian memenuhi bagasi kendaraan keluargaku dan menjadi hadiah paling istimewa sepanjang hidupku ketika aku ingat akan momen indah tersebut. Senyum hangat dan otentik dari wajah-wajah yang lewat menjadikan periode waktu itu begitu dirindukan.

Kebahagiaan kami tetap berlangsung meriah walaupun tidak ada pembagian THR. Sebelum mudik kami membelikan banyak barang, makanan dan permen rasa kopi sebagai ole-ole untuk keluarga besar di kampung. Kami juga membawa pakaian bekas dan sepatu yang masih layak pakai untuk dibagikan kepada keluarga. Kami mudik untuk berbagi kebahagiaan merayakan hari kemenangan bersama keluarga dan tetangga di kampung Ibuku (srn).

Pergi ke pasar untuk membelikan baju berwarna ungu

Jangan lupa membeli peniti

Mudik ke kampung untuk melepas rindu

Mudah-mudahan tahun depan kita jumpa kembali.

Jalan-jalan ke tepi kali

Terdengar dari jauh jam berbunyi dengan keras

selalu lekat di hati

Saya sudah tak sabar untuk menghadiri acara menarik yang akan datang tahun depan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama