
, Jakarta - Pimpinan pusat dari Gabungan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) telah mengimplementasikan skema terbaru untuk kenaikan status dan penurunan tim nasional pelatihan. bulu tangkis . Tidak lagi seperti dahulu yang dijalankan setiap enam bulan sampai satu tahun, saat ini atlet berpotensi dilempar keluar kapan pun tanpa perlu menanti evaluasi secara rutin layaknya masa lalu.
Wakil Ketua Umum PBSI Taufik Hidayat menyebut bahwa skema baru ini dirancang agar hanya pemain handal yang terus bertahan di pusat latihan nasional. Dia menjelaskan perbedaannya dengan cara lama yaitu bukan lagi tentang tunggu satu tahun sekali untuk proses promosi atau degradasi. Menurutnya, saat ini segala kemungkinan itu dapat terjadi sewaktu-waktu. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Taufik pada wartawan di Jakarta, Rabu, 26 Maret 2025, sebagaimana dilansir Antara, Kamis.
Menurut Taufik, jika telah diberikan banyak peluang tampil dalam pertandingan namun tak memberikan dampak apa-apa, maka tidak ada alasan lagi untuk mempertahankannya. "Sebaiknya kita beri kesempatan pada pemain dengan potensi lebih tinggi," ungkap juara medali emas Olimpiade Athens tahun 2004 tersebut.
PBSI mengatakan bahwa implementasi regulasi yang lebih ketat ini dimaksudkan untuk mendukung percepatan pembinaan bakat baru serta memberi peluang kepada para penggawa muda potensial agar dapat bersaing dalam kejuaraan dunia. Penilaian terhadap para atlet nantinya akan bergantung pada kinerja mereka di ajang BWF dan kompetisi serupa lainnya.
Walaupun demikikan, keputusan mengenai promosi dan degradasi masih memperhitungkan saran dari tim pelatih beserta data kinerja para atlet. "Kami membuat keputusan ini setelah meninjau secara mendalam pendapat dari pelatih teknis, fisik, dan seluruh catatan prestasi atlit. Melalui sistem yang lebih adaptif, proses pergantian generasi dapat terjadi dengan lebih efektif," jelas Taufik.
PBSI mengharapkan bahwa dengan adanya kebijakan ini akan mampu meningkatkan kompetitivitas para atlet Tanah Air dalam arena global dan menjamin bahwa tim nasional dipenuhi oleh pemain-pemain yang sangat pantas. Kebijakan sistem terbaru tersebut diberlakukan menyusul serangkaian prestasi yang belum optimal pada beberapa turnamen selama tahun 2025. Salah satunya adalah gagalnya perwakilan Indonesia untuk menjaga gelarnya di ajang BWF World Tour Super 1000 All England 2025.
Dari 11 atlet yang berpartisipasi dalam turnamen bulu tangkis tersohor di planet bumi itu, tidak seorangpun berhasil mengamankan posisi pemenang. Capaian ini bukan hanya kalah saja, melainkan juga peringatan tajam untuk sistem pelatihan bulu tangkis tanah air yang sudah lama dipandang sebagai salah satu pemimpin kuat di skala global.
Gagal paling besar berasal dari nomor ganda putra, yang sudah lama jadi kekuatan utama tim. Tim Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana berhasil mencapai posisi tertinggi untuk wakil Indonesia dalam kompetisi ini dengan masuk babak final. Tetapi, mereka hanya bisa mendapat tempat kedua karena kalah melawan pasangan asal Korea Selatan, Kim Won-ho/Seo Seung-jae, dengan angka akhir 19-21, 19-21.
Lebih mencengangkan lagi, dua pemegang gelar juara bertahan dari tahun sebelumnya, yaitu Jonatan Christie dalam kategori tunggal putra dan pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, harus pulang lebih awal usai tersingkir pada babak kedua. Ini merupakan kekalahan yang sangat memprihatinkan, terlebih setelah PBSI menyatakan bahwa mereka telah melakukan persiapan ekstensif untuk mengikuti turnamen All England 2025.
Sudah dari dulu, Indonesia merupakan salah satu negara dominan di turnamen All England dengan mengumpulkan 52 trofi juara. Keberhasilannya tersebut bahkan tetap berlanjut di nomor ganda sejak tahun 2016, meskipun tidak terjadi pada 2021 karena dampak pandemi COVID-19. Akan tetapi, momentum positifnya saat ini telah tertahan, yang bisa jadi mencerminkan adanya masalah fundamental dalam program pelatihan mereka.
ANTARA
إرسال تعليق