
.CO - Membina ikatan yang erat dengan buah hati merupakan dambaan bagi semua orangtua. Akan tetapi, tidak disadarinya bahwa sejumlah tindakan malah dapat menjauhkannya dari sang anak.
Bukan karena kurangnya cinta dan kasih sayang, melainkan bagaimana orang tua menanggapi perasaan, keputusan, atau masalah anak kadang-kadang membuat mereka merasa tak dihargai. Bila hal ini dibiarkan, hubungan emosi yang semestinya erat dapat berubah menjadi jarak. Maka pertanyaannya, apakah ada perilaku tertentu yang secara tidak disadari mendorong anak untuk menjauh?
Menurut artikel di Personal Branding Blog, berikut adalah delapan perilaku orangtua yang sebaiknya dielakkan untuk menjaga keharmonisan dalam hubungan dengan anak.
1. Seringkali Menasihati Berlebihan
Memang benar bahwa nasihat memiliki peran yang signifikan, namun apabila dalam tiap pembicaraan senantiasa diikuti dengan seruan-seruan berkepanjangan, hal ini dapat membuat anak merasa dikritik. Kadang-kadang, apa yang mereka butuhkan hanyalah untuk dipahami tanpa segera mendapatkan saran penyelesaian.
Sebagai orangtua, usahakan untuk lebih sering mendengarkan. Ketika si kecil berbagi cerita, coba ajukan pertanyaan seperti ini: "Apakah kamu membutuhkan saran atau cukup dengan dukungan penuh perhatian?" Hal itu membuat mereka merasa diperhitungkan tanpa tekanan apapun.
2. Menuntut Kesempurnaan
Tiap orangtua menginginkan hal terpilih bagi buah hatinya, namun harapan yang sangat besar malah dapat menyebabkan perasaan kurang memadai pada mereka.
Sebagai contoh, apabila seorang anak mendapatkan skor 80 dan kemudian dibandingkan dengan temannya yang mencapai prestasi lebih baik. Bila hal ini berlanjut, si anak bisa merasa hanya dihargai bila dapat mematuhi ekspektasi tertentu.
Sebaiknya mengapresiasi upaya yang sudah mereka berikan daripada hanya memusatkan perhatian pada hasil akhir. Ucapkanlah, "Sungguh menyenangkan melihat usahamu," sehingga si kecil akan merasa diperhitungkan dan lebih berani untuk menjelajahi sesuatu yang belum dicobanya sebelumnya.
3. Tidak Berbagi Cerita
Hubungan yang sehat tak sekadar melibatkan anak yang bercerita sementara orang tua cukup mendengarkan. Apabila orang tua tidak menceritakan kisah mereka sendiri, sang anak dapat menganggap interaksi tersebut sebagai proses satu arah saja.
Kadang-kadang, berbagilah tentang kenangan masa kecilmu atau hambatan dalam karirmu. Contohnya, "Pernah suatu waktu saya juga menjumpai masalah serupa dan ini langkah-langkah penyelesaiannya." Anak-anak akan merasa semakin dekat denganmu serta menyadarinya bahwa kamu pun telah melaluinya sebelum mereka.
4. Senantiasa Memecahkan Kendala Anak
Para orangtua biasanya menghendaki perlindungan bagi anak-anak mereka terhadap segala kesusahan. Akan tetapi, apabila semua permasalahan segera diatasi oleh orang tua, hal ini dapat mencegah anak untuk mempelajari cara berfikir secara independen.
Sebagai gantinya dari langsung menyediakan solusinya, cobalah bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang hal ini? Apa yang dapat kamu lakukan?" Melalui cara itu, anak-anak akan terlatih untuk mencari solusi mereka sendiri, dan orangtua masih bisa menjadi dukungan di balik layar.
5. Gagal Meluangkan Waktu Bermutu
Tinggal bersama tidak selalu menjamin memiliki waktu yang berharga. Bila orang tua kebanyakan disibukkan oleh telepon genggam atau tugas kerja, si anak mungkin merasa terpinggirkan.
Waktu yang bermutu tak perlu panjang, asalkan dipenuhi dengan fokus. Sediakan setidaknya 15 sampai 30 menit tiap hari untuk bicara tanpa terganggu oleh hal lain. Melalui metode ini, si kecil akan merasa dihargai dan ikatan keluarga pun semakin dekat.
6. Tidak Memperhatikan Secara Cermat
Banyak orang tua yang merasa telah mendengarkan, namun sebenarnya mereka hanya menampakkan diri mendengar saja. Kadang-kadang, fokus mereka malah terletak di telepon genggam atau tugas kerja ketika sang buah hati sedang bercerita.
Sebagai akibatnya, si kecil menjadi malu untuk menceritakan apa pun. Menyimak tidak hanya tentang menangkap setiap katanya, tapi juga mengerti emosi yang tersembunyi dalam perkataannya tersebut. Sediakan seluruh fokus Anda, pandangi mata mereka, serta ungkapkan minat Anda sehingga sang anak akan merasa diperhitungkan.
7. Meremehkan Perasaan Anak
Permasalahan pada anak mungkin dianggap remeh oleh para orang tua, namun untuk si anak sendiri, masalah tersebut dapat memiliki arti yang besar.
Menyampaikan "Hanya itu saja tetapi sudah sedih" atau "Lama-lama pasti akan terlupakan oleh dirimu sendiri" dapat membuat anak merasa bahwa perasaannya kurang bernilai. Lebih baik lagi, ungkapkan rasa simpati dengan berkata, "Saya memahami apa yang kamu rasakan. Ada hal apa pun yang saya bisa lakukan untuk membantumu?"
8. Tidak Mengakui Kesalahan
Banyak orangtua berpikir bahwa mereka perlu selalu tepat untuk mendapatkan penghargaan. Sebenarnya, menerima kekeliruan dengan bijaksana dapat menciptakan rasa hormat pada putra-putri mereka.
Apabila pernah bertindak kasar atau melakukan kesalahan, ucapkan, "Maaf ya, tadi Ayah/Ibu terlalu emosional." Hal ini memberi pelajaran pada anak bahwa meminta maaf tidak menunjukkan lemah, melainkan sikap dewasa.
Dengan menjauhi kedelapan perilaku tersebut, orangtua dapat menciptakan ikatan yang semakin erat dan hangat bersama anak. Penting bagi orang tua untuk memiliki komunikasi yang efektif supaya sang anak tetap terbuka dan merasa nyaman saat berbicara dengan mereka. pri/jawapos.com )
Posting Komentar