, JAKARTA — Pemerintah Korea Selatan secara resmi mengumumkan paket dana talangan sebesar 3 triliun won atau kira-kira US$2 miliar guna mendukung sektor otomotif yang sedang tertekan. kebijakan tarif impor paling baru berasal dari Amerika Serikat (AS).

Jika dikonversi ke rupiah, maka nilai insentif tersebut sekitar Rp33,6 triliun (asumsi kurs Rp16.800 per dolar AS). Langkah ini diambil sebagai bentuk respons terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump berupa tarif baru sebesar 25% atas seluruh impor kendaraan ke AS.

Sebab itu, keputusan Trump dianggap menyebabkan beban yang berat bagi para tersebut. produsen otomotif Negara Gingseng, melihat bahwa Amerika Serikat menjadi pasar ekspor terbesar untuk bidang itu.

"Pemerintah Korea Selatan menyebut paket stimulus ini akan meningkatkan total pembiayaan berbiaya rendah yang tersedia bagi industri otomotif melalui lembaga-lembaga keuangan milik negara, naik 15% menjadi 15 triliun won," tulis laporan Bloomberg , dikutip Rabu (9/4/2025).

Alhasil, peningkatan bantuan ini diharapkan dapat menjaga likuiditas para pelaku industri, khususnya produsen komponen otomotif skala kecil dan menengah.

Sebagai komponen dalam skema pemulihan ini, Hyundai Motor Co Dan Kia Corp juga akan mengembangkan sebuah program pendanaan sebesar 1 triliun won. Program ini bakal mencakup kerjasama antara institusi finansial serta dana penjaminan kredit, bertujuan untuk meringankan proses mendapatkan obligasi dan pinjaman bagi penyedia suku cadang.

Di samping itu, pihak pemerintah pun mengextensikan periode berlaku dari subsidi untuk pembelian mobil listrik sampai dengan penghujung tahun ini demi meningkatkan kebutuhan dalam negeri yang sedang terganggu oleh penurunan pada sektor ekspornya. Sejalan dengan hal tersebut, teknologi otomotif tanpa awak atau dikenal dengan istilah autonomous vehicle saat ini telah secara resmi dimasukkan menjadi bagian dari daftar teknologi penting nasional dan bakal mendapat manfaat lebih lanjut berupa insentif perpajakan tambahan.

"Estimasi tarif impor terbaru tersebut diproyeksikan memiliki pengaruh besar pada sektor otomotif kita," demikian disampaikan oleh pihak berwenang di Korea Selatan melalui pernyataan formal mereka.

Diketahui bahwa pada tahun 2024, industri otomotif memberikan kontribusi mendekati setengah dari total nilai ekspor Korea Selatan ke Amerika Serikat yang mencapai US$70,8 miliar.

Bloomberg Economics mencatat bahwa Korea Selatan saat ini menghadapi kombinasi beban tarif ganda, yakni tarif timbal balik sebesar 25% dan tarif global 25% lainnya yang telah diterapkan untuk produk otomotif, baja dan aluminium.

"Ini menjadi pukulan keras terhadap ekonomi yang sangat bergantung pada ekspor," kata analis Bloomberg Economics, Adam Farrar.

Selanjutnya, Farrar juga menaksir bahwa kebijakan tariff tersebut bisa mengurangi ekspor Korea Selatan menuju Amerika Serikat sampai dengan 50%, serta berpotensi membahayakan kira-kira 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara mereka.

Di sisi lain, Bloomberg Intelligence meramalkan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto sebanyak 0,1 poin persen.

Perlu dicatat bahwa Korea Selatan menduduki posisi ketiga dalam daftar negara pengekspor otomotif terbesar ke Amerika Serikat, mengikutinya adalah Meksiko dan Jepang, sesuai dengan catatan yang dikeluarkan oleh Administrasi Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan AS. Hal ini membuat ketergantungan pada pangsa pasar di Amerika menjadi masalah penting yang mesti dipertimbangkan baik pengusaha maupun otoritas di Seoul.

Walaupun Presiden Trump sudah memberi pujian kepada komitmenten Hyundai akan berinvestasi sampai 21 miliar dolar AS selama empat tahun mendatang, sepertinya penghargaan itu belum mencukupi untuk menjauhkan Korea Selatan dari kebijakan tariff yang tegas.

Agar dapat mencegah dampak tambahan, pihak berwenang di Korea Selatan sudah mengirim Menteri Perdagangan Cheong Inkyo ke Washington untuk melaksanakan pembicaraan dua arah. Sasaran utamanya adalah mendiskusikan opsi pengurangan bea cukai yang bisa diterapkan pada produk impor mobil dari Korea Selatan.

Namun, hingga kini belum ada kepastian apakah lobi diplomatik tersebut akan membuahkan hasil. Kendati demikian, Trump menyatakan bahwa peluang kesepakatan dagang dengan Korea Selatan tampak menjanjikan usai melakukan pembicaraan via telepon dengan penjabat Presiden Korea Selatan, Han Duck-soo.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama