Saat membahas mengenai mutu kepemimpinan, kecerdasan emosional menjadi penting. (Emotional Intelligence/EQ), semakin krusial bagi para pemimpin di berbagai belahan dunia memiliki hal ini.
Seorang leader Yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur struktur organisasi adalah hal utama tersebut. Oleh karena itu, kecerdasan emosi menjadi suatu kemampuan yang tak kalah penting dibandingkan dengan kemampuan berkomunikasi atau pun teknikal. Pemimpin pada zaman modern ini lebih memperhatikan kesadaran diri serta ikut terlibat dalam pembuatan hubungan ketimbang hanya menyampaikan instruksi saja.
Di era yang serba rumit dan bersaing ketat seperti saat ini, untuk sebuah usaha bisa bertahan, seseorang harus leader perlu memiliki kecerdasan emosi agar organisasi yang dipimpinnya dapat bertahan di tengah kondisi pasar tersebut. Lalu, apa saja karakteristik seseorang leader dengan kecerdasan emosional yang baik? Cek tanda-tandanya!
1. Bijaksana serta menghargai masukan
Leader Dengan memiliki tingkat kecerdasan emosi yang bagus, seseorang dapat diandalkan dalam membagikan informasi vital, termasuk ketika informasi itu mengungkapkan masalah yang terlupakan atau salah tafsir. Hal ini juga mencakup kemampuan mereka menerima kritik dengan lapang dada dan bersedia mendengarkan umpan balik positif ataupun negatif.
Dengan kebijaksanaannya, mereka sadar betapa kondisi emosionalnya sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan, kognisi, dan kinerja tim. Para leader Ini mengoptimalkan kemampuannya untuk dengan sengaja merangsang emosi yang bertujuan memberikan dorongan kepada tim atau membina kepercayaan diri.
Saat terdapat kekurangan yang diungkapkan, mereka mendengarkannya. Leader dengan tingkat keterbukaan yang tinggi berkat kecerdasan emosionalnya, ia dengan mudah menerimanya feedback yang jujur dari kolega kerja, sehingga memilikinya self-awareness dan berkembang lebih jauh sebagai seorang pemimpin.
2. Memiliki empati secara kognitif dan emosional
Leader dengan kecerdasan emosional yang baik juga sangat peka terhadap kondisi orang lain dan memahami bahwa empati melibatkan komponen kognitif (memahami apa yang dialami orang lain) dan komponen emosional (merasakan apa yang dirasakan orang lain).
Bersikap empati tidak sama dengan bersikap simpatik. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain, sedangkan simpati berarti berbagi emosi tertentu dengan orang lain. Bersikap empati merupakan seorang leader dengan kecerdasan emosional yang tinggi dan biasanya merupakan sifat utama pemimpin bisnis yang baik.
"Jika kamu pernah bekerja dengan pemimpin yang cerdas secara emosional, kamu mungkin akan menemukan bahwa ketika mereka bertanya, 'Apa kabar?' Mereka sungguh-sungguh ingin mengetahui pengalamanmu dan amat berminat untuk mencari solusi terbaik bagi dirimu sendiri," demikian kata Shade Zahrai, mantan anggota Forbes Councils, seperti dilansir dari situsnya. Forbes.
Arti pertanyaan tersebut adalah bahwa mereka sensitif terhadap situasi emosi dalam sebuah grup, memiliki pandangan yang penuh simpati, mengakui aspek kemanusiaan dalam bisnis, serta menampilkan keprihatinan yang tulus.
3. Mengaku kekeliruan serta menguasai seni berpermisi dengan bersikap sesungguhnya
Terjadi kadang-kadang bahwa seseorang membuat kekeliruan. Barang dikirm dengan tertundaan, rilisan paling baru selalu bermasalah, serta peluang untuk menemui hambatan tetap timbul dari hari kehari. Leader Dengan tingkat keterampilan dalam mengelola emosi yang baik, orang tersebut akan selalu mementingkan pertimbangan terhadap peranan sistem dan praktik sebelum langsung menyalahkan individu lainnya.
Pemimpin tersebut turut mempertimbangkan perannya dalam menyumbang pada sebuah persoalan serta mengambil tanggung jawabnya, khususnya saat mereka menjadi pihak penentu akhir. Sama seperti para pemimpin, anggota tim pun memiliki sisi kurang sempurnanya sendiri, dan kesalahan hanyalah hal yang wajar dalam kehidupan.
Leader Yang memiliki kecerdasan emosi dapat mengakuinya saat membuat kesalahan dan terus menunjukkan belas kasihan kepada para pemain timnya. Self-awareness dan kemampuan untuk meminta maaf merupakan elemen penting dari kepemimpinan yang baik, seperti halnya kemauan untuk menerima permintaan maaf yang tulus dari orang lain.
4. Mengamati apa yang disampaikan dan apa yang diabaikan
Sebab para pemimpin tersebut mahir dalam mengenali pengalaman orang lain, mereka dapat menyimak detail dari komunikasi tanpa kata-kata seperti ekspresi wajah, posisi badan, serta nada bicara. Pemimpin berkepandaian emosi bisa menafsirkan hal-hal terselubung.
Mereka memahami kondisi serta individu tertentu, hingga mendapatkan perspektif yang lebih tuntas mengenai sebuah persoalan. Mereka cenderung merasakan halangan-halangan dan tidak mudah membuat simpul cepat apabila ditemui perbedaan. Di samping itu, seorang pemimpin tersebut malahan memutuskan untuk melakukan penyelidikan melalui pemasukan pertanyaan-pertanyaan dan mencoba memahami dasar dari dorongan-dorongannya.
Pemimpin-pemimpin tersebut pun paham akan kesulitan-kesulitan dalam hal perasaan manusia, faktor-faktornya serta alasan di balik respons seseorang terhadap suatu situasi. Mereka memiliki pengetahuan vocabulari tentang emosi yang beragam dan mendalam. Hal ini membantu mereka untuk dapat secara jernih merefleksikan dan menjelajahi pengalaman emosional pada momen-momen tertentu.
5. Selalu menjaga ketenangannya
Menjadi seorang pemimpin artinya memikul beban tanggung jawab yang besar, dan bagi mereka yang menyatakan diri menjadi pimpinan, self-control cenderung selalu memiliki keuntungan. Self-control adalah kapasitas pribadi yang harus dikembangkan oleh setiap pemimpin.
Menurut psikolog Daniel Goleman yang dikutip dari laman Strengths Asia, orang yang mampu mengendalikan perilaku dan emosinya dengan baik adalah orang yang mampu menjaga lingkungan yang adil dan aman, dimana produktivitas sangat tinggi dan drama sangat rendah. Oleh karena itu, penting bagi setiap leader untuk memiliki self-control dan mengetahui cara menjaga ketenangan, terutama di saat-saat penuh tekanan.
Leader Dengan memiliki kesadaran emosional yang kuat, mereka mengenali betul bagaimana perannya dalam menciptakan iklim budaya tim. Pemimpin-pemimpin tersebut berupaya untuk merangsang emosi positif yang signifikan terhadap efisiensi kerja, proses pengambilan keputusan, resolusi perselisihan, serta interaksi di antara anggota grup.
Itulah beberapa tanda apabila seorang leader Memilikii kemampuan mengelola emosi secara efektif adalah ciri dari seseorang dengan kecerdasan emosional tinggi. Hal ini sering terlihat dalam dinamika tempat kerja. Maka, adakah Anda telah berkembang sebagai seorang pemimpin berkepribadianemotif yang matang?
Posting Komentar