Tampaknya perdebatan seputar Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang meneteskan air mata di Puncak Bogor ketika menyaksikan kondisi hutan yang sudah rusak terus menjadi pembicaraan hangat.
Pada kesempatan kali ini, perhatian tertuju pada ahli hukum tata negara, Feri Amsari.
Tidak main-main, Feri Amsari malah menyampaikan kritik tajam untuk menguji kepedulian Dedi Mulyadi terkait hal itu.
Dosen dari Fakultas Hukum Universitas Andalas tersebut menegaskan bahwa seharusnya seorang pemimpin tidak hanya berduka, tetapi juga dapat merespons dengan pengambilan keputusan yang tepat.
Air Mata Erpianah Menghadap Dedi Mulyadi, Kisah Saudaranya yang dibunuh 4 tahun silam, Pelakunya Masih Lepas
Berita ini menyebutkan bahwa Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi pernah menangis ketika melakukan penataan area di Puncak Bogor pada hari Kamis, tanggal 6 Maret 2025.
Saat mengamati proyek Eiger Adventure Land, Dedi Mulyadi tidak dapat menahan air matanya.
"Pekan lalu seorang pemimpin meratapi kondisi hutan, namun saya tak pasti apakah ratapan tersebut sesungguhnya," ungkap Feri Amsari ketika memberikan komentarnya dalam acara diskusi di Masjid UGM.
Feri berpendapat bahwa hal yang lebih penting daripada menangis adalah mengambil keputusan dan menyusun kebijakan.
"Sangat penting bagi dia untuk meneteskan air mata atas pemahaman bahwa kerusakan hutan disebabkan oleh sebagian area cagar sumber daya dilegalkan untuk kegiatan bisnis, sehingga fungsi kawasan tersebut sebagai hutan telah berubah," ujarnya.
Dia tidak dapat membayangkan jika Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi cuma bisa menangis.
"Ia tak membayangkan seorang pemimpin hanya mampu menangisi hal tersebut," ujarnya.
Feri menyebut seharusnya Dedi Mulyadi tidak hanya menangis, tetapi juga merumuskannya suatu keputusan.
"Kebijakan yang perlu diimplementasikan adalah untuk mencegah warga terkena musibah, memastikan bahwa aturan tersebut sungguh menguntungkan orang awam dan bukan sekadar mendukung para pengusaha," jelas Feri.
Dia menganggap menangis hanyalah cara untuk mencitrakan diri.
"Nangis itu penting ya, kita ini cuma bisa nangis setahun sekali dalam jarak lima tahun. Lima tahun terakhir sudah lupa bagaimana caranya mengeluarkan air mata di depan umum," ujar Feri Amsari.
Viral, Wali Kota Depok Supian Suri Di Puji Karena Masuk Ke Sungai Penuh Sampah, Meniru Dedi Mulyadi?
Menurutnya, orang-orang yang mengucurkan air mata di dalam mesjid saat larut malam merupakan satu-satunya hamba-hamba Allah yang benar-benar menangisi-Nya.
"Hanya satu hamba yang benar-benar dapat menangis demi kepentingan umum dan itu adalah orang di masjid, orang saleh karena ia menangisi malam tanpa henti saat berkeliling. Jika tangisan terjadi selama penyelidikan mendadak, unsur dramatisasi ala Korea menjadi lebih dominan," ungkap Feri.
Namun demikian, Feri Amsari menyebutkan bahwa kesedihan KDM tidak boleh diremehkan.
"Feri Amsari menegaskan bahwa jangan diremehkan pula perasaan sedih yang mendalam itu. Sejauh tindakannya dapat mempengaruhi banyak aspek," katanya.
Dedi Mulyadi berlinang air mata saat mengunjungi lokasi konstruksi jembatan terpanjang di dunia yang berada di Eiger Adventure Land Bogor.
"Pihak mana yang memberi persetujuannya? Secara aspek peraturan, apakah mungkin disarankan untuk mencabutnya?" tanya KDM kepada petugas di Kementerian Lingkungan Hidup.
Artikel ini sebelumnya dipublikasikan di TribunnewsBogor.com berjudul Mengejek sindiran Feri Amsari terhadap Dedi Mulyadi, Akhir Cerita Menjadi Sedih di Puncak: Sang Ketua Hanya Bisa Menangis
إرسال تعليق