.CO.ID - JAKARTA. Saatnya bagi-bagi dividen telah datang. Berbagai saham blue-chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyatakan akan membayar dividen berdasarkan laporan tahunan 2024. Namun, manakah saham blue-chip terbaik untuk dipertimbangkan sebagai investasi?
Saham blue chip merupakan saham kelas atas yang sudah terjun cukup lama dalam dunia pasar modal. Umumnya, saham ini dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang menunjukkan kondisi finansial sehat dan mempunyai tingkat kapitalisasi pasarnya sangat besar, bisa sampai beberapa tens atau bahkan hundreds of trillions rupiah.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham blue chip kebanyakan merupakan saham dari perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar dalam indeks utama seperti LQ45. Beberapa anggota LQ45 yang sudah menyatakan akan membayarkan dividen contohnya PT Bank Central Asia Tbk ( BBCA ), PT Astra International Tbk ( ASII dan PT XL Axiata Tbk ( EXCL ).
Di luar pintar.bi.go.id, kantor cabang BCA juga melayani pertukaran uang baru untuk lebaran.
PT Bank Central Asia Tbk ( BBCA ) menyatakan pembagian dividen final berdasarkan hasil tahun buku 2024 sebesar Rp 300 tiap saham dengan jumlah keseluruhan mencapaiRp 37 triliun.
PT Astra International Tbk ( ASII ) bakal membagikan dividen final sebesar Rp 308 per saham untuk tahun buku 2024. Nantinya, setiap pemegang saham akan mendapatkan dividen Rp 308 per saham.
Lalu, ada PT XL Axiata Tbk ( EXCL Akan diserahkan dividen sebesar Rp 1,12 triliun yang berasal dari laba bersih tahun buku 2024. Persentase tersebut mencapai 62% dari total laba bersih. Setelahnya, masing-masing pemegang saham EXCL berhak mendapatkan dividen senilai Rp 85,7 per saham.
Vice President Pemasaran, Strategi dan Perencanaan Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi menyebutkan bahwa bila diamati dari dividend yield , sehingga saham ASII berada di posisi teratas untuk ditelusuri lebih lanjut karena daya tariknya. yield Sebanyak 6,5%. Kemudian diikuti oleh EXCL yang mencapai 3,78% dan BBCA sebesar 2,78%. Hal ini berdasarkan asumsi nilai saham mereka pada tanggal 13 Maret 2025.
Ketiga perusahaan publik itu termasuk ke dalam kategori tersebut. dividen player dan masuk dalam kategori cyclical , karena sensitif terhadap sentimen ekonomi makro. Sehingga, ketiga emiten itu masih akan berpeluang menarik dengan beberapa sentimen.
Pertama, potensi pemangkasan suku bunga, seiring dengan cost of credit yang dapat ditekan dan meningkatkan kredit konsumsi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 5% yang dapat menjadi pondasi daya beli masyarakat dan terjaganya pertumbuhan inflasi.
Ketiga, peluang untuk peningkatan nilai tukar rupiah bersamaan dengan depresiasinya indeks dolar Amerika Serikat akibat ketidakpastian mengenai efek dari kebijakan tariff oleh Presiden AS Donald Trump.
Audi menganggap, dividen masih akan memberikan rasa manis meski ada ketidakpastian ekonomi yang semakin memburuk saat ini.
Di samping itu, terdapat ketakutan di kalangan pasar tentang peningkatan dividenden dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terutama perusahaan yang dipimpin oleh Danantara, sebab hal ini dapat mengecilkan peluang pertumbuhan emitennya.
“Jika melihat dari sisi dividend yield , menurutnya, kita masih mengamati bahwa sektor energi dan pertambangan tetap akan memimpin dengan deviden yang besar," jelasnya.
Rekomendasi saham blue chip
Audi juga menyarankan untuk membeli saham BBCA, ASII, PT Industri Jamu, serta Sido Muncul Tbk. SIDO ) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk ( INDF )dengan sasaran harga masing-masing sebesar Rp 10.400 per saham, Rp 5.300 per saham, Rp 670 per saham, danRp 8.300 per saham.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, Fath Aliansyah Budiman melihat, saat ini yang harus diperhatikan adalah potensi pertumbuhan yang menarik selain dividen yang dibagikan dari kinerja 2024.
“Seandainya emiten tersebut potensi pertumbuhan kinerjanya terbatas, sangat disarankan entry point yang dapat dipertimbangkan setelah rilis laporan keuangan kuartal I nanti,” ujarnya kepada , Kamis (13/3).
Selama ini, di antara komponen indeks High Dividend20 (HIDIV20), salah satu perusahaan yang memiliki bagian dalam ekspor adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ( ICBP ) dapat diamati oleh para pemodal.
"Meski kemampuan pembelian publik menurun di masa depan, perusahaan tetap dapat mengidentifikasi pilihan lain untuk mendukung pertumbuhan pendapatan melalui sektor ekspor," katanya.
Analis Infovesta Utama, Ekky Topan menilai bahwa dari ketiga perusahaan tersebut, BBCA masih dapat dipertimbangkan sebagai opsi primadona berkat kesetabilannya dalam hal performa serta sejarah reputasi yang baik sebagai institusi perbankan dengan pengelolaan risiko terunggul di Tanah Air, walaupun tingkat pembayaran dividen pada tahun 2024 diperkirakan akan cukup rendah.
Secara umum, perusahaan yang membagikan dividen tetap menjadi pilihan menarik di era pasar yang sedang melamban. Akan tetapi, terdapat hambatan tersendiri untuk saham bank BUMN yang berurusan dengan ketidaktentuan karena partisipasi mereka dalam program Danantara.
"Oleh karena itu, dalam konteks ini, emiten bukan BUMN di antara komponen HIDIV20 mungkin dapat memberikan opsi yang lebih konsisten," katanya saat berbicara dengan , pada hari Kamis (13/3).
Menurut Ekky, perusahaan yang tercatat di bursa dengan laba pembagian dividen ( dividend yield Tingkat kepentingannya umumnya berfokus pada emiten batu bara dan sektor perbankan. Tetapi, dalam situasi terkini, komponen dari HIDIV20 yang patut dicermati ialah PT Aneka Tambang Tbk ( ANTM ), PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), ICBP, dan PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk ( JPFA ).
Bagi ANTM, harga sasaran yang ditetapkan adalah antara Rp 1.800 sampai dengan Rp 2.000 per lembar saham. Untuk SIDO, taruhannya ada pada harga sebesar Rp 730 per saham, sedangkan untuk JPFA mencapaiRp 2.500 per saham, danI CBP berada di kisaranharga Rp 12.000perlemmasah.
Ekonomin dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan mengamati bahwa BBCA tetap menjadi opsi favorit, berkat fondasi yang solid, laba yang terus-menerus, serta tingkat dividen sekitar 3,5% untuk tahun fiskal 2024 yang membuatnya sangat menjanjikan.
Selanjutnya, ASII menunjukkan kinerja keuangan yang kuat, walaupun ada penurunan pada harga sahamnya tahun 2024.
"Di sisi lain, EXCL (PT XL Axiata Tbk) memiliki potensi untuk mengalami peningkatan dalam performa finansialnya seiring dengan pertambahan permintaan akan layanan data, walaupun belum adanya pemicu yang sangat signifikan," jelasnya saat diwawancarai pada hari Kamis, 13 Maret.
Felix berpendapat bahwa saham dengan pembagian dividen tetap menjadi pilihan yang menjanjikan, khususnya untuk perusahaan bukan milik negara. Alasannya adalah karena adanya sentimen Danartanga yang mungkin akan memberi dampak pada keputusan dividen dari badan usaha milik negara.
Investor tetap mencari pembagian laba meski kondisi bursa saham sedang melemah. Saham sektor batubara pun dapat menjadi pilihan alternatif mengingat keuntungannya. dividend yield yang superior.
"Meskipun demikian, kemungkinan besar tidak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya akibat penyesuaian harga batu bara," jelasnya.
Panin Sekuritas memberikan saran pembelian untuk BBCA, ASII, dan EXCL dengan tujuan harga bertujuan sebesar Rp 12.000 per saham, Rp 5.500 per saham, serta Rp 2.700 per saham.
Tonton: PSN Dinding Laut Raksasa Akan Berkolaborasi dengan Sektor swasta, Bagaimana Tehniknya?
إرسال تعليق