
Pertarungan menggunakan saputangan telah menjadi tradisi bagi anak-anak dan pemuda ketika Ramadhan datang. Namun karena sering mengundang konflik, pertempuran ini kemudian menciptakan keprihatinan dalam lingkungan sosial serta jadi sasaran operasi pihak berwenang.
Radius Setiyawan, seorang pengajar mata kuliah Studi Kebudayaan di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), menyampaikan bahwa merayakan Ramadhan dengan penuh semangat merupakan suatu fenomena positif, terutama jika dilakukan saat fajar menjelang waktu Subuh. Namun, situasi ini bisa menjadi permasalahan besar bila berubah menjadi tindakan merusak atau menimbulkan gangguan bagi warga sekitar, terlebih lagi jika sampai mencapai tingkat kejahatan.
Menurut Radius, dari sudut pandang ilmu sosial, hal ini berhubungan dekat dengan adanya fasilitas area umum yang cukup untuk remaja sebagai tempat mengeluarkan potensi mereka. Remaja, terlebih generasi Z, dipenuhi oleh kekuatan vitalitas luar biasa dan sering kali mencari metode untuk menuangkan tenaga tersebut.
"Jika tidak ada area yang sesuai untuk berekspresi ataupun melakukan aktivitas positif, kemungkinan besar mereka akan terlibat dalam tindakan berbahaya dan merugikan diri sendiri maupun orang lain, contohnya seperti berkelahi dengan menggunakan sapu lidi serta meledakkan petasan," jelas Radius menurut penjelasannya tersebut sebagaimana dilaporkan oleh Basra, Kamis (13/3).
Perlu ditekankan oleh Radius bahwa menghukum tingkah laku remaja yang dinilai deviasi tidak akan menjadi jawaban yang tepat. Justru, pemerintah harus fokus pada peningkatan penyediaan area umum yang lebih baik, aman, dan bermanfaat bagi pemuda.
"Pejabat setempat, bersama lembaga pendidikan serta agama, perlu merancang area-area baru yang tak sekadar mendukung aktivitas produktif tapi juga menyampaikan pengetahuan dan memperkuat etika masyarakat," tegas Radius lebih lanjut.
Selanjutnya, Radius menyatakan bahwa pihak yang biasanya melakukan serangan menggunakan selendang dan petasan umumnya merupakan anggota Generasi Z, dikenal memiliki gairah serta stamina yang kuat. Karena itu, cukup krusial bagi kita untuk menemukan cara agar tenaga ekstra tersebut bisa dialihkan menuju aktivitas-aktivitas yang bernilai dan menguntungkan.
"Ruangan yang dirancang dengan cara partisipatif dan mencakup mereka dalam tahap perencanaannya akan membuat mereka merasa lebih terhormati dan termotivasi untuk ikut serta," ujarnya.
Di masa mendatang, pemerintah serta masyarakat harus menggerakkan pembentukan area-area inovatif agar para pemuda bisa merasa senang dan bersemangat.
"Misalnya, tempat untuk berolahraga, seni, atau acara sosial yang mencakup partisipasi masyarakat. Dengan cara ini, mereka bisa mengarahkan energinya dengan lebih positif dan terbebas dari kebiasaan-kebiasaan yang malahan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain," tambahnya.
Akhirnya, membentuk lingkungan umum yang baik untuk pemuda tidak hanya menjadi kewajiban negara, melainkan seluruh komunitas.
"Setiap dari kita mempunyai peranan dalam menciptakan suatu lingkungan yang akan membantu pertumbuhan generasi di masa depan menjadi lebih baik," tegasnya.
Posting Komentar