
, Jakarta - Drama Korea Saat Kehidupan Memberikan Kamu Jeruk Keprok sudah menarik perhatian sejak dirilisnya, menghadirkan suasana hangat dan penuh emosi yang disajikan di pulau Jeju pada dekade 1950. Dipentaskan oleh IU dan Park Bo Gum Drama ini mempersembahkan cerita tentang cinta, pengorbanan, serta mimpi-mimpi yang menyentuh hati.
Ae Sun merupakan wanita ambisius dengan cita-cita untuk jadi penyair. Hidup di Pulau Jeju menghadirkan hambatan baginya dalam mencapai impiannya akibat adanya sistem patriarki. Meski hidup dipenuhi tantangan, tetapi Gwan Shik senantiasa berada di sisinya memberikan dukungan serta perlindungan.
Kisah ini menceritakan tentang cara mereka mengatasi hambatan seperti perselisihan dalam keluarga serta keadaan kesulitan ekonomi, sejalan dengan usaha untuk mencapai ambisi pribadi dan menjaga hubungan kasih sayang di antara mereka. Di bawah ini terdapat beberapa informasi unik dari cerita dramatis tersebut.
Informasi Unik Tentang Drama Korea "When Life Gives You Tangerines"
1. Budaya Patriarki
Saat Hidup Memberikanmu Jeruk Kecil Berlokasi di Pulau Jeju pada dekade 1950. Di waktu itu, budaya patriarkis masih mendominasi dalam masyarakat Korea.
Serial ini menunjukkan betapa sempitnya kesempatan wanita di Pulau Jeju dalam mendapatkan pendidikan. Sejak usia dini, mereka sudah dituntut untuk belajar cara menyelam guna menjadi nelayan perempuan tradisional.
Ae Sun berkembang menjadi wanita yang tidak segan-segan mengungkapkan pandangannya. Akan tetapi, ironisnya situasi tersebut justru menimbulkan tantangan lantaran perilaku Ae Sun dipandang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang berlaku. Pada zaman itu, seorang wanita dituntut untuk bersikap rendah hati serta taat.
2. Kehidupan Tiga Generasi
Serial ini menceritakan kisah hidup tiga generasi perempuan asli Pulau Jeju, yaitu Ibu Ae Sun, Gwang Rye, Ae Sun sendiri, serta putrinya Geum Myeong. Melalui ketiganya, kita disuguhkan dengan perkembangan tokoh yang memukau; seperti misalnya Gwang Rye yang bertekad memberikan kehidupan lebih baik pada anak-anaknya tanpa harus jadi pemburu rumput laut tradisional, sampai impian Ae Sun menjadi seorang penyair, juga usaha gigih Geum Myeong dalam upaya merubah nasib demi melawan kemiskinan.
3. Duduk Puncak Tangga Lagu Netflix
Mengutip dari The Korea Times , Drama tersebut sukses menempati posisi nomor satu pada platform Netflix di sepuluh negara, yang meliputi Korea Selatan, Hong Kong, Indonesia, dan Singapura.
Di platform-media sosial, sejumlah besar pemirsa telah mengungkapkan tanggapan positif terkait dengan jalan narasi yang menarik dari drama tersebut. Tidak hanya itu, pada halaman-website pun demikian. My Drama List , drama Saat Kehidupan Memberikan Kamu Jeruk meraih peringkat 8,7 untuk keempat episodenya yang awal.
4. Mendeskripsikan Kehidupan Sehari-hari
Saat Kehidupan Memberikan Kamu Jeruk Ketimun menjadi menonjol berkat narasi yang membahas aspek-aspekt dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kutipan tersebut, The Korea Times , Kim Heon-sik, seorang guru besar dalam bidang sosiologi dari Universitas Jungwon, menyebutkan bahwa tayangan tersebut terbilang unggul lantaran fokusnya pada kisah-kisah kehidupan masyarakat umum tanpa membahas topik pasca-perang. Plot ceritanya juga dapat diserap dan dinikmati oleh segala usia.
5. Tersedia Aksi Penerbangan Cinta
Banyak momen seru dalam serial ini, termasuk adegan romantis unik milik Gwan Shik. Di satu sisi, Gwan Shik melompat dari kapal lalu berenang menuju pantai hanya untuk memperlihatkan betapa besar rasa cintanya kepada Ae Sun. Adegan emosional tersebut pun menjadi pembicaraan hangat serta mengundang tawa bagi para pemirsa.
6. Frase yang Mengena dan Berkaitan
Banyak pernyataan yang menggetarkan hati. relate Dari percakapan dalam drama ini. Di adegan tertentu setelah perdebatan antara Ae Sun dan anaknya, Geum Myeong, ada narasi yang berisi, Umat lanjut usia hanya menyisakan rasa penyesalan. Sedangkan bagi generasi muda, tinggal sisa kebencian.
Salah satu kutipan yang mengesankan muncul ketika Ae Sun kehilangan harapannya tentang impian semasa mudanya, berbunyi seperti ini, Bagi mereka, musim semi bukan waktu untuk berkhayal, namun saatnya mengabdikan diri kepada mimpi. Mereka melakukan hal itu secara rela.
THE KOREA TIMES | MYESHA FATIMA bersumbang dalam penyusunan artikel ini.
إرسال تعليق