Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun bisa merasakan stres dan kekhawatiran. Penyebabnya bermacam-macam seperti misalnya ada kelahiran adik, perceraian kedua orangtua, atau bahkan berganti sekolah.

Sangat umum bagi anak usia dini merasakan tekanan dan khawatir saat ada pergantian dalam lingkup hidup mereka. Pergantian tersebut bisa jadi hal-hal yang orangtua pandang remeh atau sebagai bagian tak terpisahkan dari perkembangan, termasuk momen-momen yang berhubungan dengan perubahan baik.

"Kemungkinan adanya perubahan dapat memicu rasa ketakutan serta penolakan di antara kita semua, khususnya pada anak kecil, dikarenakan mereka cuma punya kontrol yang sangat minim atau bahkan tanpa kendali atas kehidupannya dan juga kurang paham tentang alasan berubahnya situasi tersebut," ungkap sang terapis keluarga dan salah satu pengarang buku tersebut. The Happy Sleeper , Julie Wright, MFT, menyebutkan dari situs web tersebut The Bump.

Kelahiran saudara kandung yang baru merupakan sumber stres terbesar bagi banyak balita. Julie menyatakan bahwa sangatlah kompleks memahami betapa besar dampak perubahan ini pada seorang anak kecil.

"Meskipun kita sudah sangat menyiapkannya, hal utama yang harus dijalankan ialah membayangkan adanya saudara lelaki ataupun perempuan baru dalam satu keluarga merupakan suatu konsep yang cukup rumit dan sulit dipahami oleh tingkat perkembangan otak mereka saat ini," jelasnya.

" Hampir semua aspek kehidupan mereka yang dulunya bisa diantisipasi kini telah berubah karena kemunculan sang adik kecil yang selalu mengalihkan perhatian orang tuanya," jelas Julie.

7 Indikasi anak mengalami stres serta kapan harus berkonsultasi dengan dokter

Tanda balita mengalami stres

Berdasarkan informasi dari sejumlah referensi, terdapat beberapa indikator stres pada anak usia dini yang penting untuk Bunda ketahui. Mari kita simak daftar berikut ini bersama-sama:

1. Mudah marah

Anak kecil yang merasakan tekanan mungkin menjadi lebih gampang tersinggung dan unjuk emosi melalui tangis berlebihan, kemarahan tak terkendali, hingga tindakan fisik semacam memukul atau menggigit. Secara keseluruhan, hal-hal tersebut menciptakan seorang anak dengan daya tahannya terhadap frustasi yang kurang kuat.

Tiba-tiba, seorang anak dengan orang tua yang baru putus memulai perilaku melawan dengan cara menendang dan melerai mainannya kemana-mana, meruntuhkan menara blok yang baru dibuatnya atau bahkan melemparkan puzzle kayunya ke sisi lain ruangan. Kehidupan mereka menjadi kacau, dan perasaan takut timbul karena mereka belum paham alasan di balik ketidakmampuan kontrol emosinya itu,” jelas Julie.

2. Mengeluh sakit perut atau sakit kepala

Berdasarkan pendapat psikolog klinik anak dari Los Angeles, Jane Rosen, PsyD, seorang anak yang kerap mengalami hal ini mungkin akan menjadi seperti daycare Atau sering kali pengasuhan keluhan tentang nyeri di perut. Tetapi, begitu sampai rumah, rasa sakit tersebut secara mengejutkan lenyapsaat mereka kembali dari sekolah.

"Anak Anda yang biasanya suka bermain di tempat penitipan anak atau pra-sekolah kini mengalami masalah dengan rasa nyeri pada perut. Namun, ketika dikabarkan dapat tetap tinggal di rumah, keluhan tersebut hilang secara mendadak. Keluhan ini kemudian timbul kembali setelah mereka kembali ke sekolah," jelas Jane sambil masih merujuk kepada hal tersebut. The Bump .

3. Takut sebelum tidur

Bayi juga bisa secara mendadak menyatakan kekhawatirannya sebelum dan saat hendak tidur. Mereka mungkin menentang hal itu dengan cara memanjangkannya atau membicarakan rasa takut mereka terhadap kegelapan.

4. Menarik diri

Banyak bayi dan anak usia balita dapat merasa takut serta menjauh ketika berjumpa dengan wajah baru atau berinteraksi dengan teman-temannya, khususnya dalam suasana tidak familiar. Jadi apabila mereka mulai mengeluh atau menolak untuk pergi ke suatu lokasi atau menghadapi kondisi biasanya disukai, itu mungkin pertanda adanya rasa cemas, Ibu.

5. Regresi terhadap kebiasaan

Sering kali, anak-anak ini akan kembali pada perilaku biasa saat mereka merasa khawatir. Hal tersebut dapat mencakup kemunduran dalam pelatihan toilet atau pengisapan ibu jari. Selain itu, mereka mungkin ingin diminumkan dari botol susu lagi atau dibuatng layaknya bayi.

"Anak-anak kecil memiliki kemampuan unik dalam mengenali pola, sehingga di benak mereka, bila mereka bersikap seolah-olah masih bayi, maka mereka akan menerima lebih banyak pengawasan serta perhatian yang selalu mereka inginkan," kata Julie.

6. Perubahan di sekolah

Anak usia dini yang telah memulai pendidikan formal dan merasakan tekanan akan menunjukkan perbedaan yang mencolok. Sebagaimana dikutip dari laman tersebut, Mayo Clinic Health System , tekanan ini bisa menjadikan anak lebih berat dalam berkonsentrasi ketika sedang belajar di kelas maupun saat menyelesaikan tugas rumah. Di samping itu, mereka juga cenderung meledak emosi dan marah-marah di sekolah yang hal tersebut dapat memicu konflik dengan sesama siswa.

7. Lebih keras kepala

Anak kecil yang mengalami stres cenderung merasa kesal dan frustasi. Mereka berusaha mencari jalan keluar dari kondisi yang membuat mereka takut atau gelisah. Ini dapat memicu tindakan provokatif, pemberontakan terhadap orangtua, serta bersikeras pada pendirian sendiri.

8. Mengembangkan perilaku berulang

Menilik dari laman What To Expect, Anak-anak yang merasa tertekan kadang-kadang mencoba menenangkan diri melalui tindakan berulang seperti menggigit kuku, memutar-memotong rambut, atau menggaruk kulit.

Apabila Bunda menemui Si Kecil melakukan tindakan tersebut, hindari mencaci, merendahkan, ataupun memaksa dia untuk berhenti. Alih-alih, usahakan mendapatkan pemahaman lebih tentang masalahnya dengan menyampaikan pertimbangan soal perasaan si kecil pada momen-momen tenang dan santai misal ketika makan es krim bersama atau sekedar jalan-jalan keliling rumah.

9. Terlalu dekat dengan Ibu

Apabila bayi selalu berteriak dan menangis setiap kali Ibu meninggalkannya, mungkin hal tersebut merupakan indikasi bahwa ia memiliki rasa takut terhadap pemisahan dari orang tuanya. Untuk membantu situasi ini, Ibu dapat mencoba untuk memindahkan perhatian sang buah hati dengan menyediakan mainan tertentu atau objek lain yang bisa memberinya kenyamanan sewaktu Ibu tidak ada di sampingnya.

Metode Mengelola Stres pada Anak Usia Dini


Berikut adalah sejumlah metode yang dapat Ibu terapkan guna menangani bayi yang sedang stres:
1.
2.
3.
Silakan perhatikan penjelasan di bawah ini:

1. Pertahankan rutinitas

Dikutip The Bump, Melonggarkan jadwal harian yang telah terbentuk dapat berbalik arah seperti bumerang. Kebebasan ekstra ini mungkin akan menambah rasa cemas pada anak-anak karena mereka kini kurang memahami batasan-batasannya.

"Melonggarkan dan memperpanjang jadwal malam hari dapat meningkatkan rasa cemas pada anak-anak, karena mereka belum mengerti batasan apa saja yang ada sehingga hal ini bisa menambah perasaan ketidakmampuan dan kesulitan dalam meredakan diri," ungkap Julie.

Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa tetap menjaga kebiasaan harian yang bisa diprediksi Anda akan membantu anak merasa lebih aman dan terlindungi dalam rangkaian rutinitas yang sudah dikenali.

2. Akui perasaan anak

Jadi orangtua yang mampu memberikan rasa keamanan pada anak saat berbagi perasaan. Hindari menyepelekan atau mengalihkan perhatian anak ketika mereka sedang dalam kondisi emosi, oke? Dengar dan akui perasaan mereka untuk membantu memperkuat mental si anak.

"Saat rasa pentingnya diperlihatkan dan disyukuri oleh seseorang yang dipercayai, maka rasa penting diri sendiri akan berkurang, serta merasa lebih tenang dan untuk melanjutkan ke depan jadi lebih mudah," ungkap Julie.

3. Ajarkan anak 'bernapas'

Menyusun napas dengan baik dapat menolong si kecil meredakan tekanan serupa seperti saat melakukan senam yogi. mindfulness. Oleh karena itu, ajarilah anak Anda beberapa teknik pernafasan dan lakukan latihan bersama-sama. Hal ini akan menjadi sarana yang dapat mereka manfaatkan sendiri saat dibutuhkan.

"Bantulah mereka untuk belajar mengubah pemikiran yang menakutkan menjadi pemikiran yang lebih adaptif," jelas Jane.

4. Bicara dengan anak

Merangkum dari laman Mayo Clinic Health System Anak-anak biasanya mengalami kendala dalam memulai pembicaraan yang rumit atau kurang menyenangkan. Luangkanlah waktu untuk berkomunikasi dengan mereka ketika Anda sedang sibuk melakukan aktivitas bersama.

Saat Ibu memasak, ajak mereka ikut serta dan membantu di dalam dapur. Sediakan waktu juga untuk duduk bersama saat jam makan malam, oke?

5. Promosikan kebiasaan konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang

Anak-anak yang merasa capek atau lapar cenderung kurang bersemangat. Pastikan untuk memberikan anak makanan sehat seperti buah-buahan, sayur-sayuran, sereal gandum utuh, dan protein rendah lemak sehingga mereka bisa tetap terisi perut dan berkonsentrasi dengan baik.

Kekurangan tidur bisa menyebabkan respons yang terlalu berlebihan atau pekikan emosi. Oleh karena itu, jalankanlah ritual sebelum tidur agar menjamin bahwa si kecil mendapatkan istirahat yang cukup tiap malamnya.

Berikut adalah penjelasan mengenai indikator-indikator bayi yang merasakan stres serta bagaimana langkah-langkah untuk menanganinya, Bunda. Mudah-mudahan ini dapat membantu Anda.

Pilihan Redaksi
  • 15 Ciri-ciri Ortu yang Terlampau Ketat dengan Anak, Berpotensi Menghancurkan Rasa percaya diri Mereka
  • 33 Macam Penyakit Jiwa dan Emosional pada Anak serta Gejalanya
  • 10 Indikasi Anak Memerlukan Dukungan Emosi dari orangtua, Ketahui Secepatnya dan Jangan Abaikan!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway , yuk join Komunitas Squad. Untuk mendaftar, silakan klik disini. SINI . Gratis!

Post a Comment

أحدث أقدم